bulan pudar malam ini, bunda
malam ini bulan terlalu pudar….
entah dimana dapat kutemukan gelinjang gemas. dapatkah kutemukan gurauan bocah-bocah dalam sebuah kamar, dan wanita murahan yang telentang lemas setelah amukan ganas yang liar?
owh, lelaki bejat dengan keringat, keluar dari pintu berukir naga. apa aku masih bersama bulan yang pudar, bunda?
sebilah pedang tertancap didahiku. aku dapat melihat gagangnya dengan sebelah mata terbuka. tapi aku terlalu letih dan mengantuk, bunda…tubuh ini memenjarakanku, mengikat keceriaanku diperbatasan..!. katakan, kenapa aku tidak dapat terbang seperti burung..?! bolehkah aku tidur dalam pelukan bulan yang pudar, bunda?
aku ingin menari dan tersenyum malam ini, sekedar mengadukan keresahanku padamu :
ketegaran ini menyakitkan
resah ini terlalu menyenangkan.
Posted on Juni 2, 2008, in sajak and tagged prosa, puisi, sajak, sastra, syair. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0