Arsip Blog

ketiga kalinya: kabut menutup tuju

dengan rasa terima kasih tulus yang malu-malu kusapa penyelamat dari kabut ketinggianku : manusia ketiga yang berhasil memelukku dengan mata nias berbinarnya

demi mati yang menungguku setiap pagi kukabarkan: telah datang seseorang dan menampar pipi kiri yang lupa diri

dengan malu dulu aku menemu diri menari dengan sebagian kaki menyentuh pasir kali. lalu kuciumi tandas beberapa manusia mati dengan harapan cintanya hidup lagi: padaku. ah,masih belum puas, kuhujani punggungku dengan teriakan kesakitan kesatria dari penjuru mata angin sang raja perkasa yang sempurna bisa segala.

kuhakimi telaga dengan tangan-tangan mereka yang mengerti jiwa. masih terasa belum cukup jua, kugugurkan manusia pertama dari tanah sang raja, sedang sang raja kutikam dengan pedang-pedang yang nyata. maka gugurlah, maka gugurlah kesempurnaan. telah kuhujamkan kebumi sisa diri dari pagi yang telah usai.

tanpa tahu, lalu segala menjadi dusta, percuma, sejarah pencarianku terhapuskan, kukabarkan: seseorang datang lagi membawanya dan menampar pipi kiri yang lupa diri.

ah, dengan rasa terima kasih tulus yang malu-malu kusapa penyelamat dari kabut ketinggianku : manusia ketiga yang berhasil memelukku dengan mata nias berbinarnya